Penampakan "BUAYA" di Ambutonda
Oleh : MOHAMAD CHOIRY RODJA
Memang benar kata Ratu dalam lagunya :”Lelaaki.....buaya darat....busyeeet......tersipu maalu...”.
Ini bukan cerita isapan jempol, hari jumat : 17 November 2006 keadaan di Pantai Ambutonda-Kelurahan Kotaraja-Kecamatan Ende Selatan-Kabupaten Ende yang semula lengang tiba-tiba dikejutkan oleh penampakan seekor buaya. Bukan “buaya darat”seperti kata penyanyi Ratu, tetapi buaya beneran lhooo...!!!
Peristiwa ini mulai terjadi sekitar pukul 12.00 WITA. Dibawah sengatan terik matahari pesisir Ambutonda. Buaya dengan panjang badan (+-) 3,00 meter tiba-tiba mendekati sebuah TS 128 milik penduduk setempat yang berjangkar di wilayah tepi pantai. Jarak antara bibir pantai dengan TS 128 tersebut (+-) 50 meter.
Menurut sumber informasi dari 2 orang sahabat, sebut saja EDO dan ALLEN yang sempat mengabadikan penampakan itu dengan digital kameranya, berkata : “....mulanya seperti sebatang belahan kayu yang terapung dekat perahu itu.....” (sambil menunjuk perahu dimaksud), “.....namun rasa penasaran itu buyar manakala kami melihat dengan jelas seekor buaya besar !!!! sedang berenang”.
“Kami berdua pun mencoba mengambil gambar secara live dan diperbesar (Zoom).” Kata EDO yang persis mengambil arah tegak lurus dari pantai. EDO dan ALLEN serta masyarakat pesisir Ambutonda yang pertama kali melihat penampakan itu sangat terheran-heran. Rasa takut...kagum...muncul di benak masing-masing.
Marilah kita melihat sekilas beberapa gambar yang saya tayangkan......
Tentunya dengan keberadaan gambar orisinil ini timbul pertanyaan dibenak kita masing-masing..... :
1. Benarkah buaya dapat muncul di laut ?
2. Dari mana datangnya ?
3. Apa motifnya ?
4. Kemana arah tujuannya ?
Dan seribu pertanyaan yang datang dari masyarakat awam.
Memang sejak siang hingga petang hari, ratusan masyarakat dari penjuru kota Ende berjubel menyaksikan penampakan buaya. Tidak semudah yang dikira untuk bertemu dengan sang “Buaya”, apalagi dapat melihat dengan jelas keberadaannya karena letak fokus pandangan mata yang cukup jauh (+-) 50,00 meter jelas sangatlah sulit.
Persepsi dan gambaran pun muncul beragam....ada yang mengatakan ini hanya ikan biasa. Ada yang mengatakan ini ikan paus dan ada pula sekelompok masyarakat yang datang belakangan, praktis tidak mendapatkan sosok sang “buaya”. Namanya juga buaya...jelas....tersipu maluuu..dong J
Narasi cerita pun muncul beragam...namanya juga peristiwa langka. Diceritakan dalam sebuah legenda bahwa konon sang “buaya” adalah penjelmaan dari seorang laki-laki yang dijarinya ada sebuah cincin. Konon asal buaya itu dari Paga. Sebuah wilayah yang merupakan bagian dari administartif Kabupaten Sikka (Maumere).
Terjalinlah kisah asmara sang “lelaki” buaya itu.....dengan seorang gadis lugu sampai menginjak masa pertunangan. Pada saat pencarian sang gadis itulah, terjadi “sesuatu” yang merubah sosok sang “buaya” yang dengan gigihnya mencari gadis idamannya sambil memakai cincin pertunangan di jarinya.
Sumber cerita versi lainnya yang berasal dari masyarakat setempat yang menyebutkan bahwa ada seorang nenek tua di sekitar yang mengaku bahwa sang “buaya “ adalah anak peliharaannya yang dia (si nenek) tunggu-tunggu untuk diberi makan. Konon sang anak berubah bentuk menjadi seekor buaya dimaksud. Ada pula yang mengatakan bahwa kehadiran sang Buaya akan meminta tumbal seorang anak laki-laki.
Oleh karena itu, gambar yang kami sajikan perlu disimak untuk menjadi bukti penilaian masyarakat. Lebih-lebih sebagai hadiah bagi sahabat-sahabat yang tidak sempat menyaksikan penampakannya.
Terimakasih buat 2 orang sahabatku EDO dan ALLEN yang telah bersama saya “menjelajah” informasi penampakan pertama sang “buaya” sekaligus mempersilahkan untuk mencopy gambar ini untuk disebarluaskan kepada publik dimana saja berada.
Satu hal yang paling penting adalah kita berharap untuk sementara waktu, ibu-ibu yang sering membawa anaknya weekend mandi dan berenang di tepi pantai Ria dan sekitarnya, untuk sementara waktu dibatalkan. Tidak lupa gadis-gadis muda yang sering berendam di tepi pantai, mengingat radius posisi sang “buaya” masih berada disekitar wilayah pantai selatan kota Ende.
Dengan sedikit gambaran ini, kita berharap kembali publik yang akan menilai.. Apakah sang “buaya” memang datang secara “alamiah” atau secara “kasatmata” dengan tujuan akan terjadi tanda-tanda peristiwa tertentu. Kita tunggu saja.